POSTINGAN
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Hidup di era robot, siapa yang tak mau dapat gaji buta? Universal Basic Income (UBI), konsep di mana setiap warga negara menerima sejumlah uang secara berkala tanpa syarat, bukan lagi sekadar wacana. Namun, apakah ide ini solusi jitu atau justru ancaman bagi masa depan pekerjaan? Mari kita simak perdebatan yang satu ini.
Apa Itu UBI?
Bayangkan, setiap bulan rekening Anda terisi otomatis dengan sejumlah uang, cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Tak peduli Anda bekerja atau tidak, kaya atau miskin, uang itu tetap mengalir. Inilah inti dari UBI, sebuah jaring pengaman sosial yang radikal.
Robot Mengambil Alih, Manusia Dapat Apa?
Pendorong utama UBI adalah kekhawatiran akan otomatisasi yang semakin canggih. Robot dan kecerdasan buatan (AI) mulai mengambil alih berbagai pekerjaan, dari buruh pabrik hingga kasir supermarket. Jika tren ini berlanjut, jutaan orang terancam kehilangan mata pencaharian. UBI dianggap sebagai solusi untuk memastikan semua orang tetap memiliki penghasilan di tengah disrupsi ini.
Mimpi Indah atau Jebakan Batman?
Pendukung UBI berpendapat bahwa selain melindungi dari pengangguran massal, UBI juga dapat mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesehatan mental, dan mendorong kreativitas. Orang akan lebih bebas mengejar passion mereka tanpa terbebani kebutuhan finansial.
Namun, kritikus UBI tak kalah lantang. Mereka khawatir UBI akan menurunkan motivasi kerja, memicu inflasi, dan membebani anggaran negara. Belum lagi, bagaimana menentukan besaran UBI yang adil dan berkelanjutan?
Percobaan UBI di Berbagai Belahan Dunia
Menariknya, beberapa negara dan kota telah melakukan uji coba UBI. Di Finlandia, 2.000 pengangguran menerima 560 euro per bulan selama dua tahun. Hasilnya? Tingkat stres menurun, tapi dampak pada tingkat pekerjaan belum signifikan.
Di Stockton, California, 125 warga miskin menerima 500 dolar AS per bulan. Mereka melaporkan peningkatan kesehatan, kemampuan menabung, dan peluang kerja. Namun, studi ini masih terbatas dan perlu penelitian lebih lanjut.
Indonesia dan UBI: Mungkin Gak, Ya?
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Apakah UBI cocok diterapkan di negara dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi?
Beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa UBI bisa menjadi solusi untuk memperkuat jaring pengaman sosial di Indonesia. Namun, tantangannya tidak kecil. Selain biaya yang besar, infrastruktur penyaluran dana dan pengawasan juga perlu dipersiapkan dengan matang.
Pandangan Berbeda dari Berbagai Kalangan
Perdebatan seputar UBI melibatkan berbagai perspektif. Para aktivis sosial melihatnya sebagai jalan menuju keadilan ekonomi. Pengusaha teknologi seperti Elon Musk mendukung UBI sebagai antisipasi terhadap disrupsi AI. Sementara itu, ekonom konservatif cenderung skeptis dan lebih memilih pendekatan pasar bebas.
Masa Depan Pekerjaan: Kolaborasi atau Kompetisi?
Di tengah perdebatan yang sengit, satu hal yang pasti: masa depan pekerjaan akan berbeda. Otomatisasi tak terhindarkan, tapi bukan berarti manusia akan tergantikan sepenuhnya. Kuncinya adalah kolaborasi antara manusia dan mesin.
Manusia memiliki kemampuan unik yang sulit ditiru mesin, seperti kreativitas, empati, dan kemampuan memecahkan masalah kompleks. Pekerjaan di masa depan akan lebih berfokus pada keterampilan-keterampilan ini.
UBI: Bukan Solusi Tunggal, tapi Layak Dipikirkan
UBI mungkin bukan solusi tunggal untuk semua masalah sosial ekonomi. Namun, sebagai salah satu opsi untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian, UBI layak untuk dipertimbangkan secara serius.
Perlu ada dialog terbuka dan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah UBI cocok untuk Indonesia. Yang jelas, kita perlu bersiap menghadapi perubahan yang dibawa oleh teknologi, dan UBI bisa menjadi bagian dari persiapan itu.
Komentar
Posting Komentar