I. Relativitas Einstein: Fondasi Ruang-Waktu yang Lentur
I.A. Prinsip Postulat dan Kerangka Relativitas
Teori Relativitas, yang dikembangkan oleh Albert Einstein, menyediakan kerangka kerja yang tidak hanya mengubah pandangan fundamental mengenai ruang dan waktu, tetapi juga terbukti sebagai landasan yang teruji untuk fisika modern. Teori ini dibagi menjadi Relativitas Khusus dan Relativitas Umum, dan keduanya didasarkan pada asumsi bahwa kecepatan cahaya ($c$) dalam ruang hampa adalah nilai yang mutlak, dan bahwa hukum fisika berlaku seragam bagi semua pengamat, baik yang bergerak maupun yang diam.1 Postulat ini secara revolusioner menyatakan bahwa ruang dan waktu tidaklah kaku, melainkan merupakan entitas yang terjalin (ruang-waktu) yang dapat dibengkokkan atau melengkung oleh keberadaan materi dan energi.1
Konsekuensi paling terkenal dari teori ini adalah hubungan kesetaraan massa-energi, yang dirumuskan dalam persamaan termasyhur $E=mc^2$. Persamaan ini secara langsung menunjukkan potensi energi masif yang terkandung dalam massa. Penerapan praktis dari prinsip ini terbukti dalam pengembangan teknologi nuklir, termasuk mesin nuklir, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan bom atom, yang seluruhnya didasarkan pada reaksi perpecahan inti atom secara berantai.1 Dinamika ruang-waktu yang lentur—yang divalidasi oleh persamaan medan Einstein—adalah prasyarat geometris mendasar untuk menganalisis kemungkinan fenomena ekstrem, termasuk manipulasi ruang-waktu dan kelayakan perjalanan waktu teoretis yang akan dibahas di bagian berikutnya.
I.B. Mekanisme Dilatasi Waktu (Time Dilation)
Dilatasi waktu, atau perpanjangan waktu, adalah prediksi langsung dari Teori Relativitas yang telah divalidasi secara eksperimental. Konsep ini muncul dalam dua bentuk, bergantung pada kerangka referensi dan kondisi gravitasi:
- Dilatasi Waktu Kinematik (Relativitas Khusus): Fenomena ini terjadi akibat gerakan. Waktu yang dialami oleh pengamat atau objek yang bergerak mendekati kecepatan cahaya ($c$) akan melambat relatif terhadap pengamat yang diam. Pelambatan ini dijelaskan secara kuantitatif melalui faktor Lorentz. Dalam konteks ini, Relativitas Khusus menetapkan batasan fundamental, yaitu tidak ada kecepatan yang dapat melebihi kecepatan cahaya.2
- Dilatasi Waktu Gravitasi (Relativitas Umum): Fenomena ini terjadi akibat medan gravitasi. Semakin kuat medan gravitasi (atau semakin dekat dengan sumber massa besar), semakin lambat waktu mengalir. Ini adalah manifestasi dari kelengkungan ruang-waktu yang disebabkan oleh massa dan energi, di mana waktu itu sendiri menjadi dimensi yang melengkung.
I.C. Bukti Empiris Dilatasi Waktu dan Validasi Teoritis
Dilatasi waktu tidak hanya sekadar hipotesis teoretis, melainkan fenomena yang secara rutin terverifikasi dalam eksperimen ilmiah presisi dan bahkan merupakan persyaratan fungsional dalam teknologi sehari-hari.
Salah satu bukti paling kuat berasal dari eksperimen partikel subatomik. Partikel muon, yang memiliki waktu hidup diam intrinsik yang sangat singkat, sekitar 2,2 mikrodetik, dibentuk di atmosfer atau dipercepat di laboratorium (seperti CERN, pusat penelitian nuklir di Eropa).3 Dalam sebuah eksperimen, partikel muon dipercepat hingga 99,94% dari kecepatan cahaya. Pada kecepatan ekstrem ini, waktu hidup muon yang teramati meningkat secara dramatis menjadi 63,5 mikrodetik.3 Perpanjangan waktu hidup ini secara persis sesuai dengan prediksi dilatasi waktu kinematik, menawarkan konfirmasi langsung terhadap faktor Lorentz.
Aplikasi paling krusial dari dilatasi waktu dalam teknologi modern terlihat pada sistem navigasi global (GPS). Akurasi sistem GPS, yang telah menjadi integral dalam navigasi dan geosains 4, secara inheren bergantung pada koreksi relativistik.3 Satelit GPS bergerak dengan kecepatan tinggi, menghasilkan dilatasi waktu kinematik, sementara mereka berada dalam medan gravitasi yang sedikit lebih lemah dibandingkan permukaan Bumi, menghasilkan dilatasi waktu gravitasi. Kedua efek ini—jika tidak dikoreksi—akan mengakibatkan jam satelit salah sinkronisasi, mengumpulkan kesalahan posisi hingga 10 km setiap hari.3 Fakta bahwa sistem GPS harus memasukkan koreksi Relativitas Khusus dan Umum untuk berfungsi membuktikan bahwa waktu yang relatif adalah realitas teknis yang diterapkan, bukan lagi sekadar konsep fisika teoretis abstrak.
Verifikasi lain yang penting adalah Eksperimen Hafele-Keating pada tahun 1971.5 Eksperimen ini membandingkan jam atom yang diterbangkan mengelilingi dunia (ke arah Timur dan Barat) dengan jam referensi yang tetap di darat. Hasil pengukuran menunjukkan pergeseran waktu yang sangat kecil, diukur dalam nanodetik (ns). Misalnya, jam yang terbang ke arah Barat tercatat memperoleh waktu +273 ns, sangat dekat dengan prediksi teoretis gabungan efek gravitasi dan kecepatan sebesar +275 ns.6 Eksperimen ini memberikan verifikasi gabungan dan presisi terhadap prinsip-prinsip Relativitas Khusus dan Umum dalam skala makroskopis, seperti yang dirangkum dalam tabel berikut.
Table I.1: Bukti Empiris Kunci Teori Relativitas dan Dilatasi Waktu
Eksperimen/Fenomena | Prinsip Relativitas Teruji | Hasil Kuantitatif Kunci | Signifikansi/Status Bukti |
Partikel Muon 3 | Relativitas Khusus (Kinematik) | Waktu hidup meningkat dari 2.2 μs (diam) menjadi 63.5 μs (0.9994c). | Konfirmasi langsung dilatasi waktu akibat kecepatan (Faktor Lorentz). |
Sistem GPS Satelit 3 | Relativitas Khusus & Umum | Diperlukan koreksi waktu harian ~38 μs (gabungan efek kecepatan dan gravitasi). | Bukti yang harus diterapkan secara teknologi untuk mencapai fungsionalitas. |
Eksperimen Hafele-Keating 5 | Relativitas Khusus & Umum | Pengukuran waktu yang diperoleh/hilang jam atom sangat sesuai dengan prediksi teori gabungan. | Verifikasi gabungan dan presisi Relativitas Khusus dan Umum dalam skala makroskopis. |
II. Menjelajahi Batasan Ruang-Waktu: Dasar Teori Mesin Waktu
Sementara dilatasi waktu adalah realitas fisika yang terverifikasi, konsep mesin waktu—terutama perjalanan waktu ke masa lalu—memerlukan solusi geometris ekstrem dari Relativitas Umum (GR), yang membawa tantangan material dan logis yang mendalam.
II.A. Kurva Mirip Waktu Tertutup (Closed Timelike Curves/CTCs)
Perjalanan waktu ke masa lalu secara matematis dimungkinkan dalam GR melalui keberadaan Kurva Mirip Waktu Tertutup (Closed Timelike Curves, atau CTCs).7 CTC adalah lintasan di ruang-waktu yang memungkinkan objek atau pengamat kembali ke titik asalnya di masa lampau, secara efektif menciptakan "simpal waktu sungguhan".7
Solusi terhadap persamaan medan Einstein telah mengidentifikasi beberapa konfigurasi ruang-waktu yang secara teoretis mengandung CTCs:
- Semesta Gödel: Deskripsi GR untuk alam semesta yang memiliki rotasi inheren.7 Kelemahan utama solusi ini adalah bahwa pengamatan kosmologis modern menunjukkan bahwa alam semesta kita tidak berotasi secara makroskopis, sehingga solusi ini tidak berlaku untuk realitas kita.
- Silinder Tipler: Teori yang memerlukan massa tak terbatas dan sangat padat yang berputar sangat cepat untuk menghasilkan efek tarikan bingkai (frame dragging) ekstrem yang dapat membentuk CTCs.8 Persyaratan massa tak terbatas menjadikannya tidak mungkin secara praktis.
- Lubang Cacing (Wormhole) Traversable: Lubang cacing adalah jalan pintas teoretis melalui ruang-waktu yang menghubungkan dua titik ruang atau waktu yang berbeda.8 Untuk mengubah wormhole dari jembatan ruang ke mesin waktu, salah satu mulut wormhole harus dipercepat secara relativistik (mendekati $c$) dan kemudian dikembalikan. Perbedaan dilatasi waktu antara kedua mulut wormhole akan memastikan bahwa mereka terhubung ke dua waktu yang berbeda, memungkinkan perjalanan dari mulut yang satu (di masa kini) ke mulut yang lain (di masa lalu atau masa depan).
II.B. Hambatan Fisik Utama: Materi Eksotis dan Energi Negatif
Meskipun GR menyediakan cetak biru geometris untuk mesin waktu (CTCs dan wormhole), realisasi fisiknya menghadapi tantangan yang sangat besar, terutama terkait dengan stabilitas. Model wormhole yang paling sederhana, seperti Jembatan Einstein-Rosen, akan runtuh dengan sangat cepat, mencegah lintasan apa pun.9
Untuk menstabilkan wormhole agar dapat dilintasi (traversable), fisika teoretis membutuhkan keberadaan materi eksotis.9 Materi eksotis adalah konsep murni teoretis yang unik karena sifat fisiknya: ia memiliki kerapatan energi negatif dan tekanan negatif yang besar.9 Energi negatif ini berfungsi untuk menahan tenggorokan wormhole agar tetap terbuka melawan tarikan gravitasi yang cenderung menutupnya.
Penting untuk ditekankan bahwa materi eksotis berbeda dari materi gelap atau antimateri. Keberadaan energi negatif ini secara teoretis terkait dengan perilaku keadaan vakum tertentu dalam kerangka Teori Medan Kuantum.9 Hal ini menunjukkan adanya pergeseran krusial dalam masalah perjalanan waktu: tantangannya tidak lagi hanya berada di domain Relativitas Umum, melainkan sepenuhnya bergeser ke ranah fisika kuantum yang belum terselesaikan.
Sayangnya, materi eksotis belum diamati atau diproduksi dalam skala makroskopis yang diperlukan untuk menstabilkan struktur ruang-waktu seukuran manusia.10 Selain itu, bahkan jika wormhole berhasil distabilkan, penambahan "materi normal" yang cukup (seperti pesawat ruang angkasa yang melintas) masih dapat mengganggu kestabilan "jembatan" tersebut.9 Stephen Hawking secara terbuka menyatakan bahwa teknologi yang diperlukan untuk memperluas atau menstabilkan wormhole adalah "teknologi super" yang tidak mungkin dicapai manusia dalam waktu dekat.9
Table II.1: Mekanisme Teoretis Mesin Waktu dan Tantangan Stabilitas
Mekanisme/Solusi GR | Basis Matematis | Syarat Pembentukan CTC | Tantangan Fisik Kunci |
Wormhole Traversable 8 | Solusi persamaan Einstein (GR) yang menghubungkan dua titik ruang-waktu. | Perbedaan dilatasi waktu antara kedua mulut wormhole. | Membutuhkan Materi Eksotis dengan kerapatan energi negatif untuk stabilisasi.9 |
Silinder Tipler 8 | Massa padat tak terbatas yang berputar sangat cepat. | Rotasi menghasilkan efek tarikan bingkai (frame dragging) ekstrem. | Membutuhkan massa yang tak terbatas dan padat, yang secara praktis tidak mungkin. |
Semesta Gödel 7 | Solusi GR yang mendeskripsikan alam semesta berotasi. | Rotasi inheren alam semesta menciptakan lintasan tertutup. | Tidak sesuai dengan pengamatan kosmologis modern (Alam semesta kita tidak berotasi). |
II.C. Paradoks Kausalitas dan Konjektur Perlindungan Kronologi
Di luar tantangan material, perjalanan waktu ke masa lalu menimbulkan masalah logis yang disebut paradoks kausalitas, yang paling terkenal adalah Paradoks Kakek. Paradoks ini menggambarkan inkonsistensi yang muncul ketika suatu tindakan di masa lalu dapat membatalkan alasan untuk tindakan tersebut terjadi, seperti mencegah infeksi Pasien Nol Covid-19, yang akan menghilangkan motivasi perjalanan waktu untuk mencegah pandemi.11 Mayoritas fisikawan curiga bahwa perjalanan waktu ke masa lalu adalah mustahil karena sulit untuk menyelaraskannya dengan logika fisika.7
Untuk mengatasi masalah ini, Stephen Hawking mengemukakan Konjektur Perlindungan Kronologi (Chronology Protection Conjecture/CPC).12 CPC adalah hipotesis bahwa hukum fisika harus mencegah munculnya CTCs dan melindungi kausalitas alam semesta, bertindak sebagai semacam "firewall" teoretis. Jika CPC benar, perjalanan waktu ke masa lalu dilarang oleh hukum fundamental yang belum teridentifikasi.
Namun, penelitian teoretis terus mencari resolusi yang konsisten secara matematis. Germain Tobar dan Fabio Costa mengusulkan bahwa perjalanan waktu mungkin secara matematis, asalkan batasan konsistensi diri (self-consistency) dipatuhi.11 Dalam model ini, penjelajah waktu dapat bertindak dengan "kehendak bebas setempat" selama tindakan tersebut tidak menciptakan paradoks logis. Mereka menyarankan bahwa ruang-waktu akan menyesuaikan diri secara spontan untuk mencegah setiap tindakan yang akan memutus urutan kausal yang diperlukan. Artinya, seseorang mungkin bepergian ke masa lalu, tetapi hanya bisa melakukan tindakan yang pada akhirnya konsisten dengan hasil yang sudah terjadi.11 Solusi ini menyiratkan bahwa kelayakan mesin waktu bergantung pada apakah batasan geometris yang berasal dari GR dapat diatasi secara material, dan apakah batasan kausalitas bersifat kaku (CPC) atau lentur (konsistensi diri).
III. Multiverse: Hierarki Realitas Paralel
Konsep multiverse atau semesta paralel memiliki dasar yang berasal dari dua pilar utama fisika teoretis: kosmologi skala besar dan mekanika kuantum skala kecil. Konsep ini muncul dari pengembangan teori Big Bang, khususnya teori inflasi kosmik, yang menjelaskan mengapa alam semesta tampak begitu seragam, datar, dan besar.14 Beberapa model inflasi, seperti inflasi kacau atau abadi, memprediksi produksi wilayah ruang yang tak terhingga yang menciptakan "gelembung" alam semesta.14
Multiverse juga muncul dari upaya untuk menafsirkan formalisme mekanika kuantum, terutama Interpretasi Banyak Dunia (Many-Worlds Interpretation/MWI), yang menawarkan alternatif bagi mekanisme keruntuhan fungsi gelombang yang ambigu.16
III.B. Hierarki Multiverse Max Tegmark
Fisikawan Max Tegmark mengklasifikasikan alam semesta paralel ke dalam empat tingkatan berbeda, yang menunjukkan keragaman yang semakin besar dari kondisi awal hingga hukum fisika fundamental itu sendiri.15
Level I: Wilayah di luar Horizon Kosmik (Beyond our Cosmic Universe)
Level I dianggap sebagai tipe multiverse yang paling tidak kontroversial dan secara alami diprediksi oleh model kosmologi standar yang mencakup ruang tak terhingga dan ergodik.14 Prinsipnya adalah bahwa dalam volume ruang yang tak terbatas, fluktuasi kuantum selama era inflasi harus menghasilkan semua kondisi awal yang mungkin secara berulang.15
Alam semesta paralel di Level I memiliki hukum fisika dan konstanta fundamental yang sama persis dengan yang ada di volume Hubble kita. Perbedaannya terletak hanya pada kondisi awal (misalnya, distribusi materi, konfigurasi galaksi, atau riwayat peristiwa yang sangat jauh). Implikasi yang paling mencolok dari ruang tak terhingga ini adalah bahwa salinan identik dari diri kita—disebut doppelgänger—secara statistik harus ada, meskipun mereka terletak pada jarak yang sangat jauh (diperkirakan sekitar $10^{10^{29}}$ meter).15
Level II: Multiverse dengan Hukum Fisika Efektif yang Berbeda (Other Post-Inflation Bubbles)
Level II muncul dari model inflasi kacau abadi. Model ini memprediksi bahwa ruang terpisah menjadi "gelembung" termalisasi yang berbeda, di mana setiap gelembung dapat mengalami pemecahan simetri yang berbeda selama transisi fase kosmik awal.14
Alam semesta Level II menampilkan keragaman yang lebih besar karena mereka mungkin memiliki konstanta fisika efektif yang berbeda, dimensi ruang-waktu yang berbeda, atau kandungan partikel yang berbeda. Variasi ini dapat dipahami sebagai alam semesta yang menempati minima lokal yang berbeda dalam "lanskap" energi potensial yang diprediksi oleh teori-teori unifikasi seperti teori string.15
Level III: Interpretasi Banyak Dunia Kuantum (Quantum Many Worlds/MWI)
Level III didasarkan pada Interpretasi Banyak Dunia (MWI) mekanika kuantum, yang berpandangan bahwa evolusi waktu fungsi gelombang adalah unitari, dan keruntuhan fungsi gelombang tidak terjadi.15 Sebaliknya, setiap kali terjadi eksperimen kuantum atau interaksi yang memiliki beberapa hasil potensial, alam semesta "membelah" menjadi cabang-cabang paralel, di mana setiap cabang merealisasikan hasil yang berbeda.16
Multiverse Level III ini dikatakan ada secara paralel di ruang dan waktu yang sama dengan kita, bukan di ruang 3D yang jauh.14 Proses yang mendasari pemisahan ini adalah dekoherensi kuantum, di mana sistem kuantum berinteraksi dengan lingkungannya.16 Ironisnya, Tegmark berpendapat bahwa Level III secara kualitatif tidak menambahkan keragaman baru melebihi Level I dan II; doppelgänger Level III hanya berada di cabang ruang Hilbert yang lain, sementara doppelgänger Level I berada di ruang 3D yang jauh.15
Level IV: Struktur Matematika Lain (Other Mathematical Structures)
Level IV adalah tingkat multiverse yang paling spekulatif dan ekstrem. Level ini mengusulkan bahwa setiap struktur matematika yang konsisten secara internal menggambarkan realitas fisik yang nyata.15
Alam semesta Level IV memiliki persamaan fundamental fisika yang sama sekali berbeda, bukan hanya konstanta atau kondisi awal yang berbeda. Jika Level I menghilangkan kebutuhan untuk menentukan kondisi awal, dan Level II menghilangkan kebutuhan untuk menentukan konstanta fisika, maka Level IV menghilangkan kebutuhan untuk menentukan hukum fisika sama sekali, karena semua kemungkinan matematis diwujudkan.15
Table III.1: Komparasi Empat Tingkat Multiverse Max Tegmark
Level Multiverse | Asal Teoretis Utama | Perbedaan Antar Semesta Paralel | Sifat Hukum Fisika Fundamental | Status Konsensus |
Level I 15 | Kosmologi Inflasi Ergodik (Ruang Tak Terhingga) | Kondisi awal (distribusi materi) yang berbeda. | Sama Persis. | Paling tidak kontroversial; sesuai dengan model kosmologis standar. |
Level II 15 | Inflasi Kacau (Chaotic Eternal Inflation) | Konstanta fisika efektif (massa, gaya), dimensi. | Berbeda (Hasil pemecahan simetri yang berbeda). | Spekulatif, tetapi ditopang oleh teori string/lanskap. |
Level III 15 | Interpretasi Banyak Dunia (MWI) Mekanika Kuantum | Hasil dari setiap pengukuran kuantum yang berbeda (cabang fungsi gelombang). | Sama Persis. | Kontroversial secara filosofis, tetapi menyederhanakan formalisme QM. |
Level IV 15 | Platonisme Matematis | Persamaan fundamental dan struktur matematika yang berbeda. | Sama Sekali Berbeda. | Paling Spekulatif; Metafisika. |
Konsep Multiverse memunculkan dualitas fundamental dalam fisika teoretis. Kelompok Multiverse Kosmologis (Level I/II) berasal dari kerangka Relativitas Umum dan kosmologi skala besar, sementara Multiverse Kuantum (Level III) berasal dari Mekanika Kuantum. Untuk mencapai pemahaman tunggal dan koheren tentang realitas paralel, fisika harus mengatasi masalah penyatuan Gravitasi dan Mekanika Kuantum.
Selain itu, keberadaan Level II, III, dan IV menimbulkan hambatan epistemologis yang serius yang dikenal sebagai "masalah ukuran" (measure problem).15 Jika terdapat jumlah alam semesta yang tak terbatas dengan setiap hasil yang mungkin terwujud, sulit untuk mendefinisikan probabilitas hasil tertentu yang kita amati di alam semesta kita, karena prinsip probabilitas biasa tidak lagi berlaku. Hambatan ini secara signifikan membatasi kemampuan untuk membuat prediksi yang dapat diuji dan memfalsifikasi model Multiverse di atas Level I.
IV. Konvergensi dan Masa Depan: Gravitasi Kuantum dan Batasan Teoretis
Analisis kelayakan mesin waktu dan sifat realitas paralel menunjukkan bahwa kedua tantangan tersebut tidak dapat diselesaikan hanya dengan Relativitas Umum atau Mekanika Kuantum saja. Jawabannya terletak pada penyatuan kedua kerangka kerja dalam sebuah teori Gravitasi Kuantum.
IV.A. Kebutuhan Gravitasi Kuantum
Teori Relativitas Einstein berhasil mendeskripsikan kelengkungan ruang-waktu pada skala makroskopis, sementara Mekanika Kuantum mengatur perilaku materi dan energi pada skala subatomik. Namun, kedua teori ini tidak kompatibel dalam kondisi ekstrem seperti singularitas lubang hitam atau momen awal Big Bang.19 Upaya untuk memanipulasi ruang-waktu secara ekstrim—seperti yang diperlukan untuk menciptakan wormhole yang dapat dilintasi—membutuhkan manipulasi materi eksotis (konsep kuantum) dalam konteks geometri lengkung (konsep relativistik).9
Oleh karena itu, upaya penelitian untuk mengembangkan solusi baru dalam relativitas umum dan studi tentang gravitasi kuantum, yang bertujuan untuk menyatukan kelengkungan ruang-waktu dengan perilaku zarah 19, menjadi kunci. Kemampuan untuk secara teoretis atau eksperimental memanipulasi ruang-waktu di laboratorium dianggap sebagai langkah penting dalam menciptakan teori yang menggabungkan Relativitas Umum dan Mekanika Kuantum.19
IV.B. Paradoks Lubang Hitam dan Informasi Kuantum
Lubang hitam, sebagai wilayah dengan kelengkungan ruang-waktu yang paling ekstrem, berfungsi sebagai laboratorium teoretis kritis untuk Gravitasi Kuantum, yang secara langsung relevan dengan stabilitas CTCs dan wormhole. Salah satu masalah paling fundamental dalam fisika teoretis adalah paradoks kehilangan informasi pada lubang hitam.21
Memahami mekanisme radiasi Hawking dan kemungkinan pelestarian informasi kuantum memerlukan pemahaman mendalam tentang perilaku partikel, seperti fermion, dalam ruang-waktu yang sangat melengkung. Penelitian yang berfokus pada penyelesaian persamaan Dirac di ruang-waktu lubang hitam, seperti metrik Schwarzschild dan Kerr, telah menunjukkan bahwa pendekatan semi-klasik (memperlakukan materi secara kuantum dan gravitasi secara klasik) gagal menjelaskan keterjeratan kuantum pada kasus partikel berpasangan.21 Kegagalan ini menunjukkan bahwa kerangka kuantum penuh—yaitu Gravitasi Kuantum yang koheren—sangat diperlukan untuk menyelesaikan paradoks ini dan, pada gilirannya, memahami secara definitif batasan fundamental manipulasi ruang-waktu.
IV.C. Prospek Realisasi Mesin Waktu dan Akses Paralel
Sintesis antara tuntutan geometris Relativitas Umum dan batasan material Mekanika Kuantum menghasilkan kesimpulan yang hati-hati mengenai realisasi praktis dari mesin waktu dan akses ke multiverse.
- Mesin Waktu: Secara geometris mungkin (CTCs/Wormhole), tetapi realisasinya secara fisik sangat terhambat oleh kebutuhan akan materi eksotis dengan energi negatif.9 Selain kendala materialitas, perjalanan yang mendekati kecepatan cahaya atau penggunaan gravitasi ekstrem (seperti berdiri di atas bintang neutron) akan mematikan bagi kehidupan manusia.8 Diperlukan pembatalan Konjektur Perlindungan Kronologi (CPC) Hawking dan terobosan radikal dalam rekayasa kuantum untuk menghasilkan dan menstabilkan materi eksotis dalam skala makroskopis.
- Akses Multiverse: Level I (ruang tak terhingga) mungkin ada, tetapi secara kausal tidak dapat diakses karena berada di luar horizon kosmik kita. Level II dan IV adalah konsep yang sangat spekulatif dan sulit untuk difalsifikasi karena masalah ukuran yang parah. Level III (MWI) menawarkan interpretasi yang menyederhanakan mekanika kuantum, tetapi keberadaan cabang-cabang realitas paralel ini berada di ruang Hilbert yang tidak teramati, membuatnya secara definitif tidak dapat diuji dengan metode saat ini.
Keberadaan atau kegagalan mesin waktu (sebagai solusi geometris) sepenuhnya bergantung pada konsep kuantum (materi eksotis), sedangkan pemahaman lengkap tentang realitas paralel (MWI dan Level II) bergantung pada penyatuan Gravitasi dan Mekanika Kuantum. Masa depan perjalanan waktu dan eksplorasi realitas paralel terikat erat dengan keberhasilan fisika teoretis dalam merumuskan dan memverifikasi Teori Gravitasi Kuantum yang koheren. Sampai saat itu, perjalanan waktu ke masa lalu tetap berada di luar batas kemampuan fisik dan teoretis yang dapat diverifikasi.
Karya yang dikutip
- Mengenal Apa itu Teori Relativitas dan Manfaatnya – Gramedia Literasi, diakses November 13, 2025, https://www.gramedia.com/literasi/apa-itu-teori-relativitas/
- Teori Relativitas Khusus dan Fenomena Kuantum - Fisika Kelas 12 - Quipper Blog, diakses November 13, 2025, https://www.quipper.com/id/blog/mapel/fisika/teori-relativitas-khusus-dan-fenomena-kuantum/
- Teori Relativitas Dilatasi Waktu | PDF - Scribd, diakses November 13, 2025, https://id.scribd.com/document/561623381/Teori-Relativitas-dilatasi-Waktu
- Revolusi Ilmiah: Global Positioning System (GPS) Sebagai Bukti Empiris Teori Relativitas, diakses November 13, 2025, https://www.researchgate.net/publication/335606057_Revolusi_Ilmiah_Global_Positioning_System_GPS_Sebagai_Bukti_Empiris_Teori_Relativitas
- Hafele–Keating experiment - Wikipedia, diakses November 13, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Hafele%E2%80%93Keating_experiment
- Hafele-Keating Experiment - HyperPhysics, diakses November 13, 2025, http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/Relativ/airtim.html
- Pulang-Pergi — Satu Semesta Dalam Satu Waktu - Sainstory - WordPress.com, diakses November 13, 2025, https://sainstory.wordpress.com/2017/11/26/pulang-pergi-satu-semesta-dalam-satu-waktu/
- Aneka Teori untuk Menjelaskan Konsep Mesin Waktu - detikInet, diakses November 13, 2025, https://inet.detik.com/science/d-5217307/aneka-teori-untuk-menjelaskan-konsep-mesin-waktu
- Lubang cacing bergerak melalui ruang dan waktu - Vietbao.vn, diakses November 13, 2025, https://vietbao.vn/id/lo-giun-du-hanh-xuyen-khong-gian-va-thoi-gian-425505.html
- Perjalanan luar angkasa dengan kecepatan cahaya - Root-Nation.com, diakses November 13, 2025, https://id.root-nation.com/en/articles-en/tech-en/en-interstellar-travel-ranked/
- Ilmuwan Ungkap Rahasia: Perjalanan Waktu Tanpa Paradoks Kini Terbukti Mungkin! - Koran Jakarta, diakses November 13, 2025, https://koran-jakarta.com/2025-02-02/ilmuwan-ungkap-rahasia-perjalanan-waktu-tanpa-paradoks-kini-terbukti-mungkin
- Kenapa Voyager ada banyak plot pengembaraan masa : r ... - Reddit, diakses November 13, 2025, https://www.reddit.com/r/DaystromInstitute/comments/63t7hn/why_voyager_has_so_many_time_travel_plots/?tl=ms
- Stephen Hawking - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses November 13, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Stephen_Hawking
- The Four Levels of the Multiverse by Max Tegmark | Free Essay Example - StudyCorgi, diakses November 13, 2025, https://studycorgi.com/the-four-levels-of-the-multiverse-by-max-tegmark/
- The Multiverse Hierarchy, diakses November 13, 2025, https://arxiv.org/abs/0905.1283
- Interpretasi Banyak Dunia Terhadap Mekanika Quantum - Sainstory - WordPress.com, diakses November 13, 2025, https://sainstory.wordpress.com/2016/06/06/interpretasi-banyak-dunia-terhadap-mekanika-quantum/
- Bagaimana cara kerja pengukuran kuantum sebagai proyeksi? - Akademi EITCA, diakses November 13, 2025, https://id.eitca.org/informasi-kuantum/dasar-dasar-informasi-kuantum-eitc-qi-qif/sifat-informasi-kuantum/pengukuran-kuantum/bagaimana-cara-kerja-pengukuran-kuantum-sebagai-proyeksi/
- The Universes of Max Tegmark, diakses November 13, 2025, https://space.mit.edu/home/tegmark/crazy.html
- "Membengkokkan Realitas: Ilmuwan Memanipulasi Ruang-Waktu di Laboratorium", diakses November 13, 2025, https://editverse.com/id/manipulasi-ruang-waktu/
- Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), diakses November 13, 2025, https://www.its.ac.id/fisika/fasilitas/laboratorium-2/fisika-teori-dan-filsafat-alam/
- Teori Lapangan Kuantum Fermion Dalam Konteks Ruang Waktu Pada Lubang Hitam - Jurnal Syntax Admiration, diakses November 13, 2025, https://www.jurnalsyntaxadmiration.com/index.php/jurnal/article/download/2485/2124
